NURUL

Jumat, 07 Maret 2014

TGS BHS INDONESIA 2# Karangan ilmiah non ilmiah dan tidak ilmiah



BAB 1
PENDAHULUAN

 A. Latar belakang masalah
Menulis pada hakikatnya adalah upaya mengekspresikan apa yang dilihat, dialami, dirasakan, dan dipikirkan ke dalam bahasa tulisan. Sebagai sebuah proses transfer ilmu dan informasi, semakin hari aktivitas menulis semakin urgen untuk ditekuni.
Ada banyak jenis tulisan yang dapat dinikmati di zaman sekarang. Kecanggihan teknologi telah mewujudkan hal-hal yang dulu hanya menjadi khayalan para pendahulu kita. Hari ini, kumpulan karya tulis dapat dinikmati dengan mudah. Dari Koran, majalah, jurnal ilmiah, buku-buku fiksi, hingga internet yang secara cuma-cuma mengobral informasi dan ilmu dari dunia maya. Perkembangan dunia tulis menulis demikian pesatnya. Bentuk karya tulis semakin berwarna dan beragam. Tapi hakikatnya, karya tulis terbagi kepada dua pembagian besar: fiksi dan non-fiksi. Satu diantara jenis tulisan non-fiksi yang banyak kita temukan adalah karya tulis ilmiah populer.
Istilah karangan ilmiah digunakan untuk sebuah tulisan yang mendalam sebagai hasil mengkaji dengan metode ilmiah. Dalam hal ini bukan berarti bahwa tulisan itu selalu berupa hasil penelitian ilmiah. Sebagai contoh tulisan yang berupa petunjuk teknik atau bahkan cerita pengalaman nyata dan pengalaman biasa, yang bukan hasil penelitian ilmiah tetapi disajikan dalam bentuk yang mendalam sebagai hasil ilmiah. Itulah sebabnya tulisan tentang bagaimana bercocok tanam jagung, pemeliharaan ikan bandeng, proses pembuatan es, dapat disajikan secara ilmiah. Sedangkan istilah tulisan ( karya tulis) dimasukkan, untuk menyatakan karangan yang disusun berdasarkan ide penulisnya yang diperkuat oleh data serta pernyataan dan gagasan orang lain.





BAB II
PEMBAHASAN
    Karangan merupakan karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Lima jenis karangan yang umum dijumpai dalam keseharian adalah narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.
*Karangan Ilmiah
Karangan Ilmiah (Karya Ilmiah) adalah laporan tertulis dan diterbitkan yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan. Karangan Ilmiah harus ditulis dengan jujur, akurat berdasarkan kebenaran yang objektif berdasarkan data dan fakta di lapangan, bukan kebenaran normatif.
Tujuan Karangan Ilmiah
  • Sebagai wahana melatih mengungkapkan pemikiran atau hasil penelitiannya dalam bentuk tulisan ilmiah yang sistematis dan metodologis.
  • Menumbuhkan etos ilmiah di kalangan mahasiswa, sehingga tidak hanya menjadi konsumen ilmu pengetahuan, tetapi juga mampu menjadi penghasil (produsen) pemikiran dan karya tulis dalam bidang ilmu pengetahuan, terutama setelah penyelesaian studinya.
  • Karya ilmiah yang telah ditulis itu diharapkan menjadi wahana transformasi pengetahuan antara sekolah dengan masyarakat, atau orang-orang yang berminat membacanya.
  • Membuktikan potensi dan wawasan ilmiah yang dimiliki mahasiswa dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam bentuk karya ilmiah setelah yang bersangkutan memperoleh pengetahuan dan pendidikan dari jurusannya.
  • Melatih keterampilan dasar untuk melakukan penelitian.
Macam – macam karangan ilmiah:
Ada berbagai macam karangan ilmiah, berikut diantaranya :
  • Laporan penelitian. Laporan yang ditulis berdasarkan penelitian. Misalnya laporan penelitian yang didanai oleh Fakultas dan Universitas, laporan ekskavasi arkeologis yang dibiayai oleh Departemen Kebudayaan, dsb.
  • Skripsi. Tulisan ilmiah untuk mendapatkan gelar akademik sarjana strata satu (Si).
  • Tesis. Tulisan ilmiah untuk mendapatkan gelar akademik strata dua (S2), yaitu Master.
  • Disertasi. Tulisan ilmiah untuk mendapat gelar akademik strata tiga (S3), yaitu Doktor.
  • Surat pembaca. Surat yang berisi kritik dan tanggapan terhadap isi suatu tulisan ilmiah.
  • Laporan kasus. Tulisan mengenai kasus-kasus yang ada yang dilandasi dengan teori.

Sifat karya ilmiah formal harus memenuhi syarat:

1. Lugas dan tidak emosional
Mempunyai satu arti, sehingga tidak ada tafsiran sendiri-sendiri (interprestasi yang lain).

2. Logis
Disusun berdasarkan urutan yang konsisten

3. Efektif
Satu kebulatan pikiran, ada penekanan dan pengembagan.

4. Efisien
Hanya mempergunakan kata atau kalimat yang penting dan mudah dipahami

5. Ditulis dengan bahasa Indonesia yang baku.

Bentuk Karangan Ilmiah
1. Makalah
Makalah pada umumnya disusun untuk penulisan didalam publikasi ilmiah, misalnya jurnal ilmu pengetahuan, proceeding untuk seminar bulletin, atau majalah ilmu pengetahuan dan sebagainya. Maka ciri pokok makalah adalah singkat, hanya pokok-pokok saja dan tanpa daftar isi.
2. Laporan Ilmiah Yang Dibukukan / Report
Karya ilmiah jenis ini biasanya ditulis untuk melaporkan hasil-hasil penelitian, observasi, atau survey yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang. Laporan ilmiah yang menjadi persyaratan akademis di perguruan tinggi biasanya disebut Skripsi, yang biasanya dijadikan persyaratan untuk karya ilmiah jenjang S1, Tesis untuk jenjang S2, dan Disertasi untuk jenjang S3.
3. Buku Ilmiah
Buku ilmiah adalah karya ilmiah yang tersusun dan tercetak dalam bentuk buku oleh sebuah penerbit buku umum untuk dijual secara komersial di pasaran. Buku ilmiah dapat berisi pelajaran khusus sampai ilmu pengetahuan umum yang lain.
Ciri – ciri Karangan Ilmiah
1. Struktur Sajian
Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal (pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan), dan bagian penutup. Bagian awal merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan yang dapat terdiri dari beberapa bab atau subtopik. Bagian penutup merupakan kesimpulan pokok pembahasan serta rekomendasi penulis tentang tindak lanjut gagasan tersebut.
2. Komponen dan Substansi
Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua karya ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka. Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak.
3. Sikap Penulis
Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan menggunakan gaya bahasa impersonal, dengan banyak menggunakan bentuk pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua.
4. Penggunaan Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari pilihan kata / istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang baku.
*Karangan Non Ilmiah
Karya non-ilmiah adalah karya tulis ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta pribadi dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Karya tulis non-ilmiah itu pun bervariasi bahan topiknya dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung oleh fakta umum. Bahasanya mungkin kongkret atau abstrak, gaya bahasanya mungkin formal dan teknis, atau formal dan populer.
Non Ilmiah (Fiksi) adalah Satu ciri yang pasti ada dalam tulisan fiksi adalah isinya yang berupa kisah rekaan. Kisah rekaan itu dalam praktik penulisannya juga tidak boleh dibuat sembarangan, unsur-unsur seperti penokohan, plot, konflik, klimaks, setting, dsb.
Macam-macam karya non-ilmiah :
1. Dongeng
Dongeng merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata, menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral yang mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan makhluk lainnya. Dongeng juga merupakan dunia hayalan dan imajinasi dari pemikiran seseorang yang kemudian diceritakan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Terkadang kisah dongeng bisa membawa pendengarnya terhanyut ke dalam dunia fantasi tergantung cara penyampaian dongeng tersebut dan pesan moral yang disampaikan. Kisah dongeng yang sering diangkat menjadi saduran dari kebanyakan sastrawan dan penerbit, lalu dimodifikasi menjadi dongeng modern.
2. Cerpen
Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang, seperti novella (dalam pengertian modern) dan novel. Karena singkatnya, cerita-cerita pendek yang sukses mengandalkan teknik-teknik sastra seperti tokoh, plot, tema, bahasa dan insight secara lebih luas dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang. Ceritanya bisa dalam berbagai jenis.
3. Novel
Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif; biasanya dalam bentuk cerita. Penulis novel disebut novelis. Kata novel berasal dari bahasa Italianovella yang berarti “sebuah kisah, sepotong berita”.
Novel lebih panjang (setidaknya 40.000 kata) dan lebih kompleks dari cerpen, dan tidak dibatasi keterbatasan struktural dan metrikal sandiwara atau sajak. Umumnya sebuah novel bercerita tentang tokoh-tokoh dan kelakuan mereka dalam kehidupan sehari-hari, dengan menitik beratkan pada sisi-sisi yang aneh dari naratif tersebut.
4. Drama
Drama adalah satu bentuk karya sastra yang memiliki bagian untuk diperankan oleh aktor. Kosakata ini berasal dari bahasa Yunani yang berarti “aksi”, “perbuatan”. Drama bisa diwujudkan dengan berbagai media: di atas panggung, film, dan atau televisi. Drama juga terkadang dikombinasikan dengan musik dan tarian, sebagaimana sebuah opera.
Ciri-ciri Karangan  Non-Ilmiah:
  • Ditulis berdasarkan fakta pribadi.
  • Fakta yang disimpulkan subyektif.
  • Gaya bahasa konotatif dan populer.
  • Tidak memuat hipotesis.
  • Penyajian dibarengi dengan sejarah.
  • Bersifat imajinatif.
  • Situasi didramatisir.
  • Bersifat persuasif.
  • Tanpa dukungan bukti.

*karangan ilmiah populer 
Jenis karangan ini bersifat informatif, pemberitahuan tentang sesuatu pengetahuan yang ditujukan bagi masyarakat umum dan bertujuan untuk menambah atau meningkatkan pemahaman masyarakat. Sehingga tidak harus dipenuhi teori-teori dan kaidah-kaidah ilmiah.

            Dalam menyajikan karangan ilmiah populer itu, penulis sebaiknya tidak memandang tinggi atau rendah tingkat pengetahuan pembacanya. Karena karangan ilmiah populer bersifat umum dengan menguraikan fakta-faktanya yang saling berkaitan sesuai dengan tema pokok atau gagasan inti yang hendak disampaikan dalam bahasa yang sederhana, ringkas, padat, dan jelas. Kata-kata teknis sebaiknya diganti dngan kata yang lebih umum, kecuali yang belum ada padanannya dengan diberi keterangan tentang arti kata/istilah tersebut. Boleh juga menggunakan gambar, tabel, diagram, foto, dan sebagainya.

            Cara penuturannya boleh bercerita (naratif) yaitu memakai kerangka waktu, melukiskan (deskriptif) yaitu memakai kerangka tempat, memaparkan (eksposisi) yaitu memakai kerangka susunan intrinsik atau unsur-unsurnya, dan membahas (argumentatif) yaitu memaparkan ditambah dengan penilaian kita agar dapat diterima atau disetujui oleh pembaca.

            Gerak penulisannya juga dapat dipilih oleh penulis, yakni gerakan ke dalam (deduksi) yang berangkat dari hal-hal umum menuju ke hal-hal khusus, gerakan ke luar (induksi) yang berangkat dari hal-hal khusus menuju ke hal-hal umum, atau gerakan menyilang (zig-zag) yaitu dengan membandingkan atau membedakan hal yang satu dengan hal lainnya.

            Menulis karangan ilmiah populer sesungguhnya intinya sederhana saja: menguasai ilmu pengetahuan dan menguasai bahasa! Maka usaha-usaha yang perlu dilakukan untuk menjadi penulis karangan ilmiah popular yang bermutu juga sebenarnya sederhana saja.

            Pertama, adalah membaca dan membaca. Kita perlu membaca secara teratur dan terus-menerus tentang apa saja, terutama yang menjadi pusat minat kita. Hanya dengan membaca, kita akan memiliki berbagai ide atau gagasan atau buah pikir baru. Membaca ibarat makanan penuh nutrisi. Tidak membaca berarti kekurangan gizi. Seperti orang busung lapar, cuma perutnya saja yang bengkak sedangkan otaknya mengecil.

            Kedua, mempelajari berbagai teknik menulis sekaligus mempertinggi kemampuan berbahasa yang memadai melalui penguasaan kosakata yang luas. Sehingga kegiatan menulis dapat dilakukan secara benar, terarah, dan tanpa keraguan. Ini tentu masih berkaitan dengan kegiatan membaca, yakni membaca buku-buku teoretik mengenai teknik menulis, membaca karangan orang lain dan mempelajari kekuatan tekniknya. Tentu saja ketika kita menulis seluruh hal itu tidak lagi kita ingat-ingat, tapi telah menjadi “pengetahuan yang kita miliki”. Ibarat naik sepeda motor: starter dan meluncur begitu saja.

          Ketiga, membina diri terus-menerus untuk berpikir kreatif. Ini artinya selalu berupaya mengolah ide-ide baru yang orisinal, tidak membuntut, menjiplak, atau bahkan mencuri. Dasarnya adalah sikap keterbukaan, mau melakukan observasi atau pengamatan, menyerap pengetahuan dan pengalaman orang lain, serta tentu saja membaca (wuah, lagi-lagi membaca!) referensi seperti kamus, buku, kliping, dan sebagainya. Dengan begitu, kreatifitas kita akan senantiasa mekar. Tidak layu, kering, kemudian mati.

            Keempat, mendisiplinkan diri untuk membagi waktu secara teratur (berlatih) menulis karangan-karangan baru, merevisi atau memperbaiki karangan yang dirasa belum sempurna. Juga menulis ulang satu sampai beberapa kali gagasan yang sama secara berbeda. Pembagian waktu tersebut tidak perlu dijadwal ketat setiap hari. Tapi kita tahu betul kapan waktu yang luang, enak, dan leluasa untuk menulis karangan di antara kegiatan lain. Dalam hal ini, menulis diary (catatan harian) juga sangat bermanfaat sebagai proses berlatih menulis.

Ciri-ciri karangan ilmiah popular:
a)      ditulis berdasarkan fakta pribadi,
b)      fakta yang disimpulkan subyektif,
c)      gaya bahasa formal dan popular,
d)      mementingkan diri penulis,
e)      melebihkan-lebihkan sesuatu,
f)       usulan-usulan bersifat argumentatif, dan
g)      bersifat persuasif.



Bab III 
PENUTUP
Kesimpulan
*Karangan Ilmiah
Karangan Ilmiah (Karya Ilmiah) adalah laporan tertulis dan diterbitkan yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.
Macam – macam karangan ilmiah:
·         Laporan penelitian
·         Skripsi
·         Tesis
·         Desertasi
Sifat karya ilmiah formal harus memenuhi syarat:

1. Lugas dan tidak emosional
2. logis
3.efektif
4. efisien
5. ditulis dengan bahasa indonesia  yang baku
Bentuk Karangan Ilmiah
1. Makalah
2. Laporan Ilmiah Yang Dibukukan / Report
3. Buku Ilmiah
Ciri – ciri Karangan Ilmiah
1. Struktur Sajian
2. Komponen dan Substansi
3. Sikap Penulis
Ciri-ciri Karangan Non-Ilmiah:
  • Ditulis berdasarkan fakta pribadi.
  • Fakta yang disimpulkan subyektif.
  • Gaya bahasa konotatif dan populer.
  • Tidak memuat hipotesis.
  • Penyajian dibarengi dengan sejarah.
  • Bersifat imajinatif.
  • Situasi didramatisir.
  • Bersifat persuasif.
  • Tanpa dukungan bukti.
·         Ciri-ciri karangan ilmiah popular:
·         a)      a ditulis berdasarkan fakta pribadi,
·         b)      b fakta yang disimpulkan subyektif,
·         c)      c gaya bahasa formal dan popular,
·         d)     d mementingkan diri penulis,
·         e)      e melebihkan-lebihkan sesuatu,
·         f)       f usulan-usulan bersifat argumentatif, dan
·         g)      g bersifat persuasif.
Pertanyaan
1.      Sebutkan bentuk-bentuk karangan ilmiah
a.Makalah              b.Laporan Ilmiah Yang Dibukukan / Report              c. Buku tulis* 
d. Laporan
2. Sifat karya ilmiah formal harus memenuhi syarat kecuali
a. Teratur *                        b. Efektif                     c.Efisien                      d. terinci
3. Macam – macam karangan ilmiah yaitu
a. Cerpen               b. Novel          c.Tesis*                       d.Karangan
4.  laporan tertulis dan diterbitkan yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.Pernyataan diatas merupakan pengertian dari...
a. karangan ilmiah *          b.karangan non ilmiah             c.karangan populer                 
d. Karangan biasa
5. ciri-ciri karangan ilmiah dibawah ini,kecuali....
a.       Bersifat imajinatif.
b.      Situasi didramatisir.
c.       Bersifat persuasif.
d.      Didukung oleh bukti*


TGS BHS INDONESIA 2# BERFIKIR INDUKTIF



BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
     Di dunia ini diciptakan Manusia dan binatang keduanya memiliki pengetahuan. Pengetahuan ini digunakan untuk membedakan baik dan buruk, hitam dan putih.. Senantiasa pengetahuan ini dikembangkan menurut permasalahan hidupnnya. Manusia lain dengan binatang, binaang menggunakan pengetahuannya hanya untuk bertahan hidup. Binatang dibekali pengetahuan untuk mengenali predator yang mengintai dirinya dan mengambil tindakan untuk melindungi diri. Akan tetapi, pengetahuan binatang tersebut tidak mampu mereka kembangkan. Jadi, pengetahuan binatang hanya digunakan untuk bertahan hidup.
    Ada dua penyebab manusia mampu mengembangkan pengetahuannya. Pertama ialah karena manusia memiliki bahasa. Bahasa ini berguna dalam melakukan pengomunikasian informasi dan jalan pikiran yang melandasi informasi tersebut. Kedua adalah adanya kemampuan manusia dalam berpikir berdasarkan suatu alur kerangka berpikir tertentu. Cara berpikir inilah yang disebut dengan penalaran.
     Menurut S. Suriasumantri, penalaran merupakan sebuah proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Jelas sekali bahwa penalaran berkaitan dengan proses berpikir, bukan dengan merasa. Berpikir adalah kegiatan untuk memperoleh kebenaran. Proses berpikir yang berbeda mengakibatkan kebenaran berbeda-beda bagi setiap orang. Kriteria kebenaran terdapat pada setiap jalan pikiran sekaligus sebagai landasan bagi proses penemuan kebenaran.
Ada 2 jenis penalaran, dalam kali ini kita hanya membahas tentang penalaran indiktif.












BAB II
 Pembahasan
1. PENALARAN INDUKTIF
    Secara garis besar bias dikatakan induksi adalah proses penalaran untuk sampai
pada suatu keputusan, prinsip, atau sikap yang bersifat umum dan khusus, beradasarkan
pengamatan atas hal-hal yang khusus.
Proses induksi dibedakan menjadi 3 bagian yaitu :
a) GENERALISASI

ialah proses penalaran berdasarkan pengamatan atas jumlah gejala dengan sifat-sifat tertentu untuk menarik kesimpulan mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa. Generalisasi dibuktikan dengan data, contoh, statistic dll
Contoh
:
Orang yang menjadi kader partai korupsi
Orang yang menjabat sebagai ketua umum partai korupsi
Generalisasi : Orang yang berkerja di partai korupsi
Jenis-jenis generalisasi :
  • Generalisasi Tanpa Loncatan Induktif
Adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi atas dasar penyimpulan yang telah diselidiki.
Contoh: data survey LSM
  • Generalisasi Dengan Loncatan Induktif
Adalah generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki
diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki.
contoh: Hampir seluruh partai mendapat pendapatan dari hasil korupsi.
b) ANALOGI
adalah suatu proses penalaran membandingkan sifat esensial yang mempunyai persamaan. Dengan asumsi tersebut diasumsikan ada persamaan pula dalam hal lainya.
Ada 2 macam analogi,yaitu :
  • Analogi Induktif
Analogi induktif, yaitu analogi yang disusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua fenomena, kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena pertama terjadi juga pada fenomena kedua. Analogi induktif merupakan suatu metode yang sangat bermanfaat untuk membuat suatu kesimpulan yang dapat diterima berdasarkan pada persamaan yang terbukti terdapat pada dua barang khusus yang diperbandingkan.
Contoh analogi induktif :
Timnas Indonesia lolos dalam semifinal piala asia dengan demikian timnas Indonesia akan masuk piala dunia di tahun mendatang dengan berlatih setiap hari.
  • Analogi Deklaratif
Analogi deklaratif merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal. Cara ini sangat bermanfaat karena ide-ide baru menjadi dikenal atau dapat diterima apabila dihubungkan dengan hal-hal yang sudah kita ketahui atau kita percayai.
contoh analogi deklaratif :
deklaratif untuk penyelenggaraan negara yang baik diperlukan sinergitas antara kepala negara dengan warga negaranya. Sebagaimana manusia, untuk mewujudkan perbuatan yang benar diperlukan sinergitas antara akal dan hati.
c) HUBUNGAN SEBAB-AKIBAT
Hubungan sebab akibat diambil dengan menghubungkan fakta yang satu dengan fakta yang lain, dapatlah kita sampai kepada kesimpulan yang menjadi sebab dari fakta itu atau dapat juga kita sampai kepada akibat fakta tersebut.
Penalaran induksi sebab akibat dibedakan menjadi 3 macam:
  • Hubungan sebab – akibat
Dalam hubungan ini dikemukakan terlebih dahulu hal-hal yang menjadi sebab, kemudian ditarik kesimpulan yang berupa akibat.
Contoh
Belajar, berdoa, tekun dan tidak putus asa adalah hal yang bias membuat kita berada di puncak kesuksesan.
  • Hubungan akibat – sebab
Dalam hubungan ini dikemukakan terlebih dahulu hal-hal yang menjadi akibat, selanjutnya ditarik kesimpulan yang merupakan sebabnya.
Contoh :
Dewasa marak terjadi tindak criminal di perkotaan seperti,tingkat stress yang tinggi, tawuran antar wilayah dan bunuh diri yang disebabkan kenaikan harga bbm sehingga mengalami kesulitan ekonomi.
  • Hubungan sebab – akibat 1 – akibat 2
Suatu penyebab dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat pertama menjadi sebab hingga menimbulkan akibat kedua. Akibat kedua menjadi sebab yang menimbulkan akibat ketiga, dan seterusnya.
Contoh penalaran hubungan sebab – akibat 1 – akibat 2:
Setiap menjelang hari idul fitri arus lalu lintas di tol sangat ramai. Seminggu sebelum hari H jalanan sudah dipenuhi kendaraan-kendaraan umum maupun pribadi yang mengangkut penumpang yang akan pulang ke daerahnya masing-masing. Banyaknya kendaraan tersebut mau tidak mau mengakibatkan arus lalu lintas menjadi semrawut. Kesemrawutan ini tidak jarang sering menimbulkan kemacetan di mana-mana. Lebih dari itu bahkan tidak mustahil kecelakaan menjadi sering terjadi.


Induksi dalam metode eksposisi:

Februari 2013 banjir melanda ibukota Jakarta. Curah hujan yang tinggi menyebabkan air melimpah ruah mengalir dari wilayah Bogor ke Jakarta. Penumpukan atau sedimentasi lumpur yang mencapai ketebalan 3 meter membuat sungai-sungai di Jakarta sangat dangkal, belum lagi pemukiman kumuh padat penduduk yang berada di pinggiran sungai membuat lebar sungai menjadi sempit serta tumpukan sampah yang menggunung membuat aliran sungai tersendat. Faktor-faktor tersebut yang membuat Jakarta dilanda banjir pada tahun ini. Oleh karena itu Pemprov DKI Jakarta melalui Gubernur barunya Joko Widodo harus bertindak cepat dengan cara memperbaiki tata kota Jakarta dan menerapkan disiplin kepada warganya agar membuang sampah pada tempatnya.

Hipotesa:

Premis Mayor : Kekurangan vitamin C dapat menyebabkan sariawan.
Premis Minor : Saya mengalami sariawan.
Kesimpulan : Berarti saya kekurangan vitamin C.

Artikel :

Jakarta - Keberadaan caleg artis yang maju di Pemilu 2014 diyakini tidak akan membawa perubahan perbaikan kinerja DPR. Parpol sengaja menyodorkan artis demi meraup perolehan suara.

"Partai pragmatis untuk mendulang suara yang besar. Artis-artis yang populer dipakai untuk menghasilkan suara yang besar dan kursi di DPR," kata Koordinator Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formapi) Sebastian Salang dalam jumpa pers di kantor sekretariat Formapi di Matraman, Jakarta Timur, Minggu (28/4/2013).


BAB III
 KESIMPULAN
Dari berbagai penjelasan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa
- Penalaran Induktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus. Prosesnya disebut Induksi. Dalam penalaran Induktif ini ada 3 jenis penalaran Induktif yaitu Generalisai, Analogi, dan Hubungan sebab akibat ataupun hubungan akibat–sebab.
Daftar Pustaka :
1.http://www.penalaran-unm.org/index.php/artikel-nalar/opini/390-penelitian-lembaganya-dan-penalaran-namanya.html
2. http://rezaiueomanage.blogspot.com/Reza.Jakarta
3. Ambarwati, Sri Bahasa Indonesia untuk SMA / MA kelas X semester genap. Klaten , Jawa Tengah : CV Viva Pakarindo

Pertanyaan
1.     Jenis –jenis generalisasi ada...
a.     2*
b.     3
c.      4
d.     5
  1. Suatu proses penalaran membandingkan sifat esensial yang mempunyai persamaan. Dengan asumsi tersebut diasumsikan ada persamaan pula dalam hal lainya. Merupakan pengertian dari
  1. Generalisasi                             b.Analogi*                   c. Kausal          d.Campuran
  1. Ada 2 macam analogi,kecuali .....
a.       Analogi induktif
b.      Analogi deklaratif
c.       Analogi komsumtif *
d.      Analogi induktif
4.     Proses induksi dibedakan menjadi .... bagian yaitu :
a.1
b.3*
c.2
d. 4

5.Generalisasi dibuktikan dengan data, contohnya...
a. statistic*                  b.matematika                           c.bahasa