BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan ekonomi saat ini sangat besar pengaruhnya pada perilaku konsumen, selain itu sukses tidaknya suatu perusahaan juga berpengaruh terhadap perilaku konsumen. Hal tersebut menyebabkan perlu ditempatkan perilaku konsumen pada kerangka strategi pemasaran suatu perusahaan. Dengan memperhatikan konsumen, maka akan mengetahui apa yang di inginkan oleh konsumen saat ini. Perkembangan perekonomian saat ini, yang dapat kita lihat sangat sulit karena keadaan negara kita sedang mengalami krisis ekonomi, maka hal ini sangat mempengaruhi keinginan konsumen untuk mengkonsumsi suatu produk.Pengaruh krisis ekonomi kita sebagai produsen (perusahaan) menitik beratkan pada hal-hal yang perlu diperhatikan dalam strategi pemasaran. Keinginan konsumen timbul dari adanya satu persepsi positif terhadap suatu produk yang dipasarkan oleh produsen. Konsumen sekarang ini mengalami krisis moneter, kita sebagai produsen (perusahaan) harus dapat melihat sikap dan minat konsumen yang sedang mengalami krisis moneter pada saat ini, dari hal ini kita dapat
menentukn stimulus yang tepat kepada konsumen agar konsumen tertarik pada produk yang kita pasarkan. Jika hal ini ditelusuri lebih lanjut,
Perkembangan ekonomi saat ini sangat besar pengaruhnya pada perilaku konsumen, selain itu sukses tidaknya suatu perusahaan juga berpengaruh terhadap perilaku konsumen. Hal tersebut menyebabkan perlu ditempatkan perilaku konsumen pada kerangka strategi pemasaran suatu perusahaan. Dengan memperhatikan konsumen, maka akan mengetahui apa yang di inginkan oleh konsumen saat ini. Perkembangan perekonomian saat ini, yang dapat kita lihat sangat sulit karena keadaan negara kita sedang mengalami krisis ekonomi, maka hal ini sangat mempengaruhi keinginan konsumen untuk mengkonsumsi suatu produk.Pengaruh krisis ekonomi kita sebagai produsen (perusahaan) menitik beratkan pada hal-hal yang perlu diperhatikan dalam strategi pemasaran. Keinginan konsumen timbul dari adanya satu persepsi positif terhadap suatu produk yang dipasarkan oleh produsen. Konsumen sekarang ini mengalami krisis moneter, kita sebagai produsen (perusahaan) harus dapat melihat sikap dan minat konsumen yang sedang mengalami krisis moneter pada saat ini, dari hal ini kita dapat
menentukn stimulus yang tepat kepada konsumen agar konsumen tertarik pada produk yang kita pasarkan. Jika hal ini ditelusuri lebih lanjut,
Jelas
terlihat pada kalimat diatas , kita dapat melihat perilaku konsumen pada krisis
moneter. Dengan hal ini mebawa perubahan dalam trend perilaku konsumen.
Ketidakpastian ekonomi dimasa depan, ketidak samaan pekerjaaan, dan
pemberhentian dalam skala besar yang banyak mepengaruhi dalan sektor ekonomi.
Sebagi contoh, income yang lebih rendah dan harga yang lebih tinggi akan
mepengaruhi keyakinan sikap dan minat para pembeli.
Selanjutnya kita dapat melihat bagaimana keyakinan,sikap, niat dan perilaku dari konsumen sangat berpengaruh untuk menetukan pilihan suatu produk. Perilaku itu akan bergantung pada interaksi antara keyakinan, sikap dan niat seorang konsumen.kaliamat diatas juga dijelaskan bahwa suatu stimulus dapat merubah suatu persepsi konsumen. Karena konsumen sebagai individu yang bebas memiliki berbagai persepsi yang berbeda. Persepsi dari konsumen bisa menerima ataupun menolak suatu produk. Tampilan suatu produk baik tidaknya, akan menciptakan suatu persepsi. Stimulus yang benar dan tepat maka kita dapat membuat persepsi positif terhadap suatu produk agar konsumen semakin tertarik dan loyal terhadap produk.Ditinjau dari artikel di atas bahwa perilaku konsumen sangat besar perannanya dalam meningkatkan daya beli konsumen terhadap suatu produk. Oleh karena itu kita sebagai produsen (perusahaan) harus mengimplikasikan perilaku konsumen dalam strategi pemasaran, untuk memperoleh keuntungan yang maksimal dalam memasarkan suatu produk.
Selanjutnya kita dapat melihat bagaimana keyakinan,sikap, niat dan perilaku dari konsumen sangat berpengaruh untuk menetukan pilihan suatu produk. Perilaku itu akan bergantung pada interaksi antara keyakinan, sikap dan niat seorang konsumen.kaliamat diatas juga dijelaskan bahwa suatu stimulus dapat merubah suatu persepsi konsumen. Karena konsumen sebagai individu yang bebas memiliki berbagai persepsi yang berbeda. Persepsi dari konsumen bisa menerima ataupun menolak suatu produk. Tampilan suatu produk baik tidaknya, akan menciptakan suatu persepsi. Stimulus yang benar dan tepat maka kita dapat membuat persepsi positif terhadap suatu produk agar konsumen semakin tertarik dan loyal terhadap produk.Ditinjau dari artikel di atas bahwa perilaku konsumen sangat besar perannanya dalam meningkatkan daya beli konsumen terhadap suatu produk. Oleh karena itu kita sebagai produsen (perusahaan) harus mengimplikasikan perilaku konsumen dalam strategi pemasaran, untuk memperoleh keuntungan yang maksimal dalam memasarkan suatu produk.
(Business Lounge – Sales&Marketing)
– Perilaku konsumen sebagai disiplin ilmu pemasaran sangat berguna karena salah
satu alasan mengenai pentingnya pemasaran adalah perusahaan tidak hanya
memproduksi produk lalu menjualnya untuk mendapatkan laba yang besar, tetapi
perusahaan juga ingin agar konsumen menjadi loyal kepada perusahaan.
Dalam mewujudkan tujuan pemasaran dalam
meningkatkan loyalitas pelanggan atau konsumen terhadap barang atau jasa yang
diproduksi oleh perusahaan tersebut, maka kita perlu memahami perilaku
konsumen.
“Pemasaran adalah proses sosial yang
dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan
dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan
produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain.”
Perilaku konsumen sangatlah berkaitan
dengan pemasaran. Kaitan antara perilaku konsumen dengan pemasaran adalah
perilaku konsumen sangat mempengaruhi kelancaran proses pemasaran. Pemasar
harus bisa memahami perilaku atau sikap dari masing-masing individu yang
menjadi sasarannya dalam memasarkan produk dan jasa.
Perilaku setiap individu berbeda-beda.
Perbedaan itu juga terdapat ketika mereka mengkonsumsi barang dan jasa. Konsumen
dengan pendapatan yang tinggi dan kelas sosial atas, pasti mengkonsumsi barang
yang berbeda dengan konsumen dengan pendapatan rendah dan kelas sosial bawah.
Dalam hal ini, pemasar harus menerapkan
strategi pemasaran yang berbeda antara konsumen kelas sosial atas dengan konsumen kelas sosial bawah.
strategi pemasaran yang berbeda antara konsumen kelas sosial atas dengan konsumen kelas sosial bawah.
Dengan menerapkan strategi yang
berbeda, maka pemasar dapat memasarkan barang dan jasanya kepada kedua jenis
konsumen tersebut dan apabila didukung oleh produk dan pelayanan yang memuaskan
konsumen, maka konsumen akan menjadi loyal terhadap produk dan jasa tersebut.
Apabila konsumen bersikap loyal terhadap suatu produk dan jasa, maka pemasaran
dari suatu produk maupun jasa akan menjadi lancar dan hal tersebut akan
meningkatkan profit atau laba dari perusahaan tersebut.
Semakin loyal seorang konsumen terhadap
suatu barang dan jasa, maka produksi suatu barang dan jasa dalam perusahaan
akan meningkat karena permintaan terhadap barang dan jasa meningkat. Dengan
naiknya permintaan, maka produsen atau pemasar dapat meningkatkan produktivitas
barang dan jasa dan akan meningkatkan pemasukan perusahaan.
1.2 RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1)
Apa tujuan dan manfaat yang diperoleh
perusahaan/produsen dalam memperhatikan perilaku konsumen/ masyarakat
2)
Apakah perilaku konsumen sangat besar perannanya
dalam meningkatkan daya beli konsumen terhadap suatu produk.
3)
Apakah pengertian dari
perilaku konsumen dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi perilaku konsumen
1.3 TUJUAN
Sejalan dengan perumusan masalah, maka tujuan dari makalah ini adalah :
1)
Untuk mengetahui dan
menganalisa tujuan dan manfaat utama yang diperoleh perusahaan/produsen dalam
memperhatikan perilaku konsumen
2)
Untuk mengetahui dan
menganalisa faktor-faktor apa yang mempengaruhi perilaku konsumen
1.4 Manfaat
1)
Hasil penulisan makalah ini dapat dijadikan sumber informasi dan
masukan bagi perusahaan guna untuk meningkatkan
jumlah penjualan produk mereka
2)
Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pemahaman penulis tentang alasan
perusahaan/produsen perlu memahami perilaku konsumen dan hal-hal apa yang perlu diperhatikan produsen/perusahaan dalam memperhatikan perilaku konsumen
BAB II
PEMBAHASAN
Perilaku
Konsumen dan Strategi Produk
Berbicara mengenai perilaku
konsumen, pada akhirnya akan sampai pada bagaimana implikasinya terhadap
langkah-langkah strategi pemasaran. Dengan perkataan lain, mempelajari perilaku
konsumen bertujuan untuk mengetahui dan memahami berbagai aspek yang ada pada
konsumen, yang akan digunakan dalam menyusun strategi pemasaran yang berhasil.
Dalam perkembangan konsep
pemasaran mutakhir, konsumen ditempatkan sebagai sentral perhatian. Para
praktisi maupun akademisi berusaha mengkaji aspek-aspek konsumen dalam rangka
mengembangkan strategi pemasaran yang diharapkan mampu meraih pangsa pasar yang
tersedia. Setidaknya ada dua alasan mengapa perilaku konsumen perlu dipelajari:
Pertama, Konsumen
sebagai titik sentral perhatian pemasaran. Misalnya saja ketika pemasar
sebagian kecil saja dari suatu populasi, dan dengan karakteristik yang khusus,
maka upaya-upaya pemasaran produk bisa diarahkan dan difokuskan pada kelompok
tersebut.
Kedua,
perkembangan perdagangan pasar saat ini menunjukkan bahwa lebih banyak produk
yang ditawarkan daripada permintaan. Kelebihan penawaran ini menyebabkan banyak
produk yang tidak terjual atau tidak dikonsumsi oleh konsumen. Kelebihan
penawawan tersebut bisa disebabkan oleh faktor seperti kualitas barang tidak
layak, tidak memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen, atau mungkin juga
karena konsumen tidak mengetahui keberadaan produk tersebut.
Selain dua alasan diatas,
mempelajari perilaku konsumen dan proses konsumsi yang dilakukan oleh konsumen memberikan
beberapa mamfaat. Mowen (1995) mengemukakan mamfaat yang bisa diperoleh sebagai
berikut:
1. Membantu para manajer dalam pengambilan keputusan.
2. Memberikan pengetahuan kepada para peneliti pemasaran dengan dasar
pengetahuan analisis konsumen.
3. Membantu legislator dan regulator dalam menciptakan hukum dan peraturan
yang berkaitan dengan pembelian dan penjualan barang dan jasa.
4. Membantu konsumen dalam pembuatan keputusan pembelian yang lebih baik.
Perilaku konsumen dalam
memilih dan membeli tidak lepas dari produk yang akan dibeli. Produk merupakan
segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta,
dicari, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau
keinginan pasar yang bersangkutan.
Secara konseptual, produk
adalah pemahaman subjektif dari produsen atas sesuatu untuk mencapai tujuan
organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen, sesuai dengan
kompotensi dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar. Selain itu produk
dapat pula didefenisikan sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan oleh
produsen melalui hasil produksinya.
Perilaku konsumen yang tidak
dapat secara langsung dikendalikan oleh perusahaan perlu dicari informasinya
semaksimal mungkin. Banyak pengertian perilaku konsumen yang dikemukakan oleh
pada ahli, salah satunya yang didefenisikan oleh Angel dan kawan-kawan (1994)
yang mengatakan bahwa perilaku konsumen sebagai suatu tindakan yang langsung
dalam mendapatkan, mengkonsumsi serta menghabiskan produk barang dan jasa termasuk
proses keputusan yang mendahului dan penyusuli tindakan tersebut.
A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumen
Terdapat dua factor utama
yang mempengaruhi perilaku konsumen, yaitu factor sosial budaya yang
terdiri atas kebudayaan, budaya khusus, kelas sosial, kelompok sosial dan
referensi serta keluarga. Faktor lain adalah factor psikologis yang
terdiri atas motivasi, persepsi, proses belajar, kepercayaan dan sikap.
1. Budaya
Budaya yang ada dalam
sekelompok masyarakat merupakan seperangkat aturan dan cara-cara hidup. Dengan
adanya aturan dan cara-cara hidup, anggota dituntut untuk menjalani kehidupan
yang serasi. Masyarakat diperkenalkan pada adanya baik-buruk, benar-salah dan
adanya harapan-harapan hidup. Dengan aturan seperti itu orang akan mempunyai pijakan
bersikap dan bertindak.
Budaya adalah dinamis. Budaya
secara berkelanjutan berevolusi, meramu gagasan-gagasan lama dengan kemasan
baru dan seterusnya. Suatu area budaya terdiri atas area-area fungsional
sebagai berikut:
a. Ekologi — merupakan system beradaptasi pada habitat/lingkungan.
Ekologi ini dibentuk oleh teknologi yang digunakan untuk memperoleh dan
mendistribusikan sumber daya. Sebagai contoh Negara Jepang sangat ahli dalam
mencanangkan produk yang efesien karena mereka dihadapkan pada luas wilayah
yang sempit.
b. Struktur Sosial — Merupakan wilayah yang berfungsi sebagai
penjaga ketertiban kehidupan sosial. Struktur sosial ini meliputi kelompok
politik domestic yang dominan dalam budaya.
c. Ideology — Merupakan karakteristik mental dari orang-orang dalam
suatu masyarakat dan cara-cara mereka berhubungan dengan lingkungan dan
kelompok sosial lainnya. Fungsi ideologi ini berkisar pada bagaimana anggota
masyarakat memiliki pandangan yang umum pada dunia, seperti bagaimana
prinsip-prinsip moral, etos kerja dan prinsip-prinsip estetik.
2. Pengaruh Keluarga
Pengaruh keluarga sangat
berperan penting dalam pengambilan keputusan dalam pembelian produk untuk
kebutuhan keluarga. Kebutuhan keluarga didasarkan pada umur dan jenis kelamin
anggota kelompok dalam keluarga. Dengan pertimbangan ini perlu memperhatikan
siapa-siapa yang menjadi pengambilan keputusan dalam membeli keperluan rumaha
tangga. Pengambil keputusan ini akan mempengaruhi:
a. Iklan — Ciri-ciri pembuatan keputusan keluarga mempengaruhi isi pesan
iklan. Jika istri atau suami dalam pembuatan keputusan, pesan iklan harus
diarahkan untuk memenuhi kelompok dominan tersebut. Masalah strategi yang lebih
sulit muncul ketika keputusan dibuat bersama. Apakah seharusnya iklan diarahkan
kepada suami atau istri, atau seharusnya satu iklan didesain untuk menarik
kedua-duanya.
b. Media -– Pemilihan media seharusnya didasarkan pada siapa yang
lebih terlibat dalam pengambilan keputusan. Jika misalnya istri lebih dominant
dalam pengambilan keputusan, yang berarti dia lebih terlibat daripada suami,
maka media untuk menampilkan iklan juga harus media yang berorientasi pada
perempuan dewasa.
c. Pengembangan Produk — Persoalan yang muncul dalam masalah
pengembangan produk adalah apakah produk yang dikembangkan hanya untuk satu
anggota keluarga saja atau justru meliputi seluruh keluarga. Dalam pengembangan
produk, terutama yang berkaitan dengan produk untuk anak-anak, seharusnya
desain produk, terutama yang berkaitan dengan produk tidak berdasarkan pada
selera si anak, (anak tidak/belum mempunyai pilihan yang tepat dan biasanya
pengaruh ibu lebih besar) tetapi mendasarkan pada perspektif dan selera ibu.
d. Penetapan Harga — Strategi harga mungkin juga dipengaruhi oleh
identifikasi pembuat keputusan. Artinya, harga yang ditentukan untuk suatu
produk, harus mempertimbangkan tanggapan pengambil keputusan pembelian. Suami
biasanya menentukan berapa jumlah uang yang harus dikeluarkan untuk mobil,
sedangkan istri lebih banyak menentukan dalam pembelian peralatan rumah tangga.
Dengan demikian, pemasar dalam menetukan harga mobil atau harga peralatan rumah
tangga harus memperhatikan tingkat sensivitas suami atau istri.
e. Distribusi — Sifat-sifat pembuatan keputusan keluarga mungkin
juga mempengaruhi strategi distribusi. Jika keputusan dibuat secara bersama,
toko-toko membutuhkan jam buka lebih lama untuk mengakomodasi suami atau istri.
Orientasi produk untuk masing-masing anggota keluarga, membutuhkan peralatan
display yang terpisah.
3. Persepsi Konsumen
Citra adalah realitas, oleh
karena itu jika komunikasi pasar tidak cocok dengan realitas, secara normal
realitas akan menang. Periklanan (secara lebih luas komunikasi) yang tidak
didasarkan pada realitas hanya akan menciptakan harapan yang lebih tinggi daripada
kenyataan yang dirasakan. Akibatnya ketidakpuasan akan muncul dan akhirnya
konsumen mempunyai persepsi yang buruk terhadap citra organisasi. Yang penting
disadari bahwa citra itu ada dalam realitas. Citra bukan apa yang
dikomunikasikan, jika citra yang dikomunikasikan tidak sesuai dengan realitas.
Ketika tidak ada konsistensi antara kinerja nyata dan citra yang
dikomunikasikan, realitas akan menang. Komunikasi organisasi yang dirasakan
tidak percaya, akan merusak citra bahwa mungkin lebih parah lagi. Jika terdapat
masalah citra, manajemen harus menganalisis sifat-sifat masalah secara
keseluruhan sebelum melakukan tindakan. Masalah komunikasi seharusnya
diperbaiki dengan memperbaiki komunikasi. Bagaimanapun jika terdapat masalah
yang nyata, misalnya jika citra yang buruk disebabkan kinerja yang jelek, citra
hanya dapat diperbaiki dengan tidakan internal, yang bertujuan memperbaiki
kinerja.
4. Faktor Psikologis
Pilihan pembelian seseorang dipengaruhi oleh empat factor psikologis utama,
yaitu:
a. Motivasi — Seseorang memiliki banyak kebutuhan pada waktu
tertentu. Beberapa kebutuhan bersifat biogenis; kebutuhan tersebut muncul dari
tekanan biologis seperti lapar, haus, tidak nyaman. Kebutuhan yang lain
bersifat psikogenis; kebutuhan itu muncul dari tekanan psikologis seperti
kebutuhan akan pengakuan, penghargaan, atau rasa keanggotaan kelompok.
Kebutuhan akan menjadi motif jika ia didorong hingga mencapai level intensitas
yang memadai. Motif adalah kebutuhan yang memadai untuk mendorong seseorang
bertindak.
b. Persepsi — Persepsi adalah proses yang digunakan individu untuk
memilih, mengorganisasi, dan menginterpretasikan masukan informasi guna
menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Seseorang mungkin menganggap
wiraniaga yang berbicara dengan cepat sebagai orang yang agresif dan tidak
tulus, yang lain mungkin menganggap orang yang sama sebagai orang yang pintar
dan suka membantu.
c. Pembelajaran — Pembelajaran meliputi perubahan perilaku seseorang
yang timbul dari pengalaman. Sebagian besar perilaku manusia adalah hasil dari
belajar. Ahli teori pembelajaran yakin bahwa pembelajran dihasilkan melalui
perpaduan kerja antara pendorong, rangsangan, isyarat bertindak, tanggapan dan
penguatan.
d. Keyakinan dan Sikap — Keyakinan (belief) adalah gambaran
pemikiran yang dianut seseorang tentang gambaran sesuatu. Keyakinan orang
tentang produk atau merek mempengaruhi keputusan pembelian mereka. Para pemasar
sangat tertarik pada keyakinan yang ada di dalam pikiran orang tentang produk
dan merek mereka. Keyakinan merek ada dalam memori konsumen.
5. Kepribadian dan gaya hidup
Usaha untuk membeli juga
dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Karaktristik tersebut meliputi usia dan
tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian
dan konsep diri pembeli.
a. Usia dan tahap siklus hidup — orang membeli barang dan jasa yang
berbeda-beda sepanjang hidupnya. Mereka makan makanan bayi selama tahun-tahun
awal hidupnya, beragam makanan selama tahun-tahun pertumbuhan dan kedewasaan,
serta diet khusus selama tahun-tahun berikutnya. Selera orang terhadap pakaian,
perabot, dan rekreasi juga berhubungan dengan usia.
b. Pekerjaan dan ekonomi — Pekerjaan seseorang mempengaruhi pola
konsumsinya. Para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok pekerjaan yang
memiliki minat di atas rata-rata atas produk dan jasa mereka.
c. Gaya Hidup — adalah pola hidup seseorang didunia yang terungkap
pada aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri
seseorang” yang berinteraksi dengan lingkungannya. Para pemasar mencari
hubungan antara produk mereka dan kelompok gaya hidup.
B. Loyalitas Merek (Brand Loyalty)
Loyalitas merek adalah
keinginan melakukan dan perilaku pembelian uang. Dalam beberapa kasus tertentu,
loyalitas merek mungkin adalah hasil dari aktivitas kognisi dan pengambilan
keputusan ekstensif. Pasar untuk suatu merek tertentu dapat dianalisis dari
sudut jumlah konsumen disetiap kategori dan strategi yang dapat dibuat untuk
memperkuat loyalitas merek suatu group tertentu.
1. Loyalitas Merek tak terbagi (undivided brand loyalty) adalah
kondisi yang ideal. Dalam beberapa kasus, karena alasan-alasan tertentu,
konsumen benar-benar hanya mau membeli satu macam merek saja dan membatalkan
pembelian jika merek tersebut ternyata tidak tersedia.
2. Loyalitas merek berpindah sesekali (brand loyalty an occasional
switch) cenderung lebih sering terjadi. Kosumen kadang-kadang berpindah
merek untuk berbagai macam alasan tertentu: Merek yang biasa dipakai mungkin
sedang habis, suatu merek baru baru masuk kepasar dan konsumen mencoba-coba
untuk memakainya, merek pesaing ditawarkan dengan harga yang khusus, atau merek
yang berbeda dibeli untuk kejadian-kejadian tertentu saja.
3. Loyalitas merek berpindah (brand loyalty switch) adalah sasaran
bersaing dalam pasar yang pertumbuhannya lamban atau sedang menurun. Misalnya,
perusahaan-perusahaan yang bersaing di pasar celana jeans atau insdustri
minuman keras sangat mengharapkan perpindahan mereka demi pertumbuhan jangka
panjang mreka.
4. Loyalitas merek terbagi (divided brand loyalty) adalah pembelian
dua atau lebih merek secara konsisten. Misalnya, sampo memiliki tingkat
loyakitas merek yang rendah. Salah satu alasan untuk hal ini adalah bahwa rumah
tangga membeli berbagai macam sampo untuk anggota keluarga yang berbeda-beda
atau untuk tujuan yang berbeda.
5. Pengabaian merek (brand indifference) adalah pembelian yang tidak
memiliki pola pembelian ulang yang jelas. Ini adalah posisi lawan dari
loyalitas merek tak terbagi.
Dalam beberapa hal, kategori
loyalitas ini terasa tidak memadai. Namun intinya adalah bahwa ada beberapa
tingkat loyalitas merek. Derajat loyalitas merek dapat dipandang sebagai suatu
garis kontinum, dan ada berbagai indeks kuantitatif yang dapat dibuat untuk
mengkategorikan loyalitas individu atau tumah tangga atau produk-produk
tertentu.
Dalam menjelaskan loyalitas
merek terdapat beberapa pendekatan. Pendekatan behavior menekankan bahwa
loyalitas dibentuk oleh perilaku, dan oleh karena itu perilaku pembelian
berulang adalah loyalitas, sementara itu pendekatan kognitif memandang bahwa
loyalitas merek merupakan fungsi dari proses psikologi (decision making).
Pendekatan mengukur loyalitas
secara general belum berakhir, oleh karena itu generalisasi mengenai loyalitas
tidak bisa dirumuskan. Namun demikian, terdapat beberapa karakteristik umum
yang bisa diidentifikasikan apakah seseorang mendekati loyalitas atau tidak.
Assel (1992) mengemukakan empat hal yang menunjukkan kecenderungan konsumen
yang loyal sebagai berikut:
1. Konsumen yang loyal terhadap merek cenderung lebih percaya diri terhadap
pilihannya.
2. Konsumen yang loyal lebih memungkinkan merasakan tingkat risiko yang
lebih tinggi dalam pembeliannya.
3. Konsumen yang loyal terhadap merek juga lebih mungkin loyal terhadap
toko.
4. Kelompok konsumen yang minoritas cenderung untuk lebih loyal terhadap
merek.
Seperti halnya brand loyalty, story loyalty juga ditunjukkan oleh
perilaku konsisten, tetapi dalam store loyalty perilaku konsisten adalah
dalam mengunjungi toko dimana disitu konsumen bisa membeli merek produk yang
diinginkan.
C. Lingkungan Produk
Lingkungan produk (product
environment) adalah rangsangan yang berkaitan dengan produk yang ditujukan
ke dan dipahami seluruhnya oleh konsumen. Umumnya, sebagian besar rangsangan
tersebut melalui indera penglihatan, walaupun ada beberapa pengecualian.
Misalnya bagaimana sebuah perangkat radio tape berbunyi atau bagaimana
sebuah baju sutra dirasakan juga mempengaruhi kognisi, afeksi, dan perilaku
konsumen.
1. Ciri-ciri Produk
Produk dan ciri-ciri produk
adalah perangsangan utama yang mempengaruhi afeksi, kognisi, dan perilaku
konsumen. Ciri-ciri tersebut dievaluasi konsumen dalam hal kesesuaian dengan
tata nilai, kepercayaan, dan pengalaman pada masa lampau mereka. Pemasaran dan
informasi-informasi lainnya juga mempengaruhi apakah pembelian dan penggunaan
suatu produk akan menjanjikan sesuatu yang bermamfaat. Misalnya, ciri-ciri
produk sebuah baju baru antara lain warna, material, panjang lengan, jenis dan
jumlah kancing, dan jenis kancing, dan jenis kerahnya.
2. Kemasan
Kemasan adalah elemen dari
lingkungan produk yang untuknya pemasar menanamkan uang lebih dari 50 milyar
dolar pertahun. Asal muasalnya ada empat sasaran pengemasan yang selalu
dipertimbangkan. Pertama, kemasan harus melindungi produk di sepanjang
perjalanannya melalui saluran distribusi hingga mencapai sasarannya. Kedua,
kemasan harus ekonomis dan tidak menambahkan biaya yang tidak dibutuhkan pada
produk. Ketiga, kemasan harus memungkinkan konsumen menyimpan dan menggunakannya
dengan mudah. Keempat, kemasan secara efektif dapat digunakan untuk
mempromosikan produk kepada konsumen.
Dalam strategi pengemasan produk harus mempertimbangkan:
a. Warna kemasan — Dampak ini sekedar menarik perhatian konsumen
dengan cara menggunakan warna yang menarik perhatian. Akan tetapi, selama ini
para ahli berkeyakinan bahwa warna kemasan menggambarkan suatu makna bagi
konsumen serta dapat digunakan secara strategis. Persepsi konsumen tentang
suatu warna produk dapat berubah sejalan dengan perubahan warna kemasan.
b. Identifikasi merek dan label informasi — ini akan memberikan
rangsangan tambahan untuk dipertimbangkan oleh konsumen. Identifikasi merek
untuk berbagai kasus dapat mempermuah pemebelian konsumen dan memungkinkan
terjadinya proses pengembangan loyalitas. Termasuk dalam label informasi antara
lain adalah instruksi penggunaan, kandungan, daftar bahan pembentuk atau bahan
bku, peringatan penggunaan dan pemeliharaan produk dan sebagainya.
STRATEGI PRODUK
Strategi produk didesain untuk
mempengaruhi konsumen baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk
jangka pendek, strategi produk baru didesain untuk mempengaruhi konsumen
agar mau mencoba produk; untuk jangka panjang, strategi produk didesain
untuk mengembangkan loyalitas merek dan mendapatkan pangsa pasar yang besar.
A. Karakteristik Konsumen
Dalam penganalisaan hubungan
konsumen-produk, adalah penting untuk menyadari bahwa konsumen itu beragam
dalam keinginan untuk mencoba suatu produk baru. Berbagai jenis konsumen yang
berbeda dapat mengadopsi suatu produk baru pada tahapan siklus hidup produk
yang berbeda pula.
Salah satu fokus utama
penelitian konsumen adalah untuk mengidentifikasi karakteristik inovator dan
perbedaan mereka dari konsumen lainnya. Ulasan terhadap penelitian yang
dilakukan ini menemukan bahwa inovator cenderung lebih berpendidikan dan lebih
muda serta lebih memiliki mobilitas sosial, memiliki lebih banyak sikap yang
cocok untuk menghadapi risiko (sikap petualang), partisipasi sosial yang lebih
tinggi, dan lebih memiliki sikap kepemimpinan ketimbang konsumen lainnya.
Inovator cenderung adalah pengguna berat produk-produk lain dalam kelas
produk yang sama. Inovator dapat memiliki struktur pengetahuan yang berkembang
lebih baik untuk suatu kategori produk tertentu. Hal ini memungkinkan mereka
untuk mengerti dan mengevaluasi produk-produk baru lebih cepat, dan dengan
demikian juga lebih cepat mengadopinya ketimbang konsumen lainnya.’
B. Karakteristik Produk
Karakteritik produk yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Kompabilitas (compability) adalah
sejauh mana suatu produk konsisten dengan afeksi, kognisi, dan perilaku
konsumen saat ini. Misalnya jika kondisi-kondisi lainnya dianggap sama, jika
suatu produk ternyata tidak membutuhkan perubahan penting pada nilai-nilai dan
kepercayaan konsumen atau pada perilaku pembelian dan penggunaan konsumen maka
konsumen tersebut akan lebih cenderung mencoba produk tersebut ketimbang produk
lainnya.
2. Kemampuan untuk diuji coba (trialability) — sejauh
mana suatu produk dapat dicoba dalam jumlah yang terbatas, atau dipilih kedalam
jumlah-jumlah yang kecil jika untuk melakukan uji coba ternyata membutuhkan
biaya yang tinggi.
3. Kemampuan untuk diteliti (observability) — mengacu
pada sejauh mana produk atau dampak yang dihasilkan produk tersebut dapat
dirasakan oleh konsumen lain. Produk baru sering didiskusikan masyarakat
sehingga cenderung diadopsi lebih cepat.
4. Kecepatan (speed) adalah
seberapa cepat mamfaat suatu produk dipahami oleh konsumen. Karena sebagian
konsumen masih berorientasi pad keputusan yang dengan cepat dirasakan ketimbang
yang ditunda, produk yang dapat memberikan mamfaat lebih cepat cenderung
berkemungkinan lebih tinggi untuk paling tidak dicoba oleh konsumen.
5. Kesederhanaan (simplity) adalah
sejauh mana suatu produk dengan mudah dimengerti dan digunakan konsumen.
6. Mamfaat relative (relative adventge) adalah
sejauh mana suatu produk memiliki keunggulan bersaing yang bertahan atas kelas
produk, bentuk produk, dan merek lainnya.
7. Simbolisme produk (product simbolisme) adalah
apakah makna suatu produk atau merek bagi konsumen dan bagaimanakah pengalaman
konsumen ketika membeli dan menggunakannya
8. Strategi pemasaran — sejumlah
variasi karakteristik produk merupakan penyebab keberhasilan atau kegagalan
produk dan merek. Walaupun tidak sepenuhnya merupakan suatu karakteristik
produk, kualitas strategi pemasaran yang digunakan juga memiliki peran apakah
suatu produk itu berhasil dan berkemampulabaan. Strategi pemasaran disini
adalah dalam promosi, harga,dan distribusi.
Dua factor utama yang
mempengaruhi konsumen, yaitu factor sosial budaya dan faktor psikologis.
Perilaku konsumen sangat menentukan dalam proses pengambilam keputusan membeli
yang tahapnya dimulai dari pengenalan masalah yaitu berupa desakan yang
membangkitkan tindakan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan.
Kepuasan konsumen adalah
tingkat perasaan konsumen setelah membandingkan dengan harapannya. Seorang
pelanggan jika terasa puas dengan nilai yang diberikannya oleh produk atau jasa
masa sangat besar kemungkinannya untuk menjadi pelanggan dalam waktu yang lama.
Kepuasan dibagi menjadi
dua, yaitu kepuasan fungsional dan kepuasan psikologika. Kepuasan fungsional
merupakan kepuasan yang diperoleh dari fungsi suatu produk yang dimamfaatkan
sedangkan kepuasan psikologikal merupakan kepuasan yang diperoleh dari atribut
yang bersifat tidak berwujud dari produk.
Upaya-upaya untuk mempertahankan pelanggan:
Ø Menyulitkan pelanggan untuk mengganti pemasok. Hal ini dapat dilakukan
dengan berbagai cara agar tidak berdampak pada pelanggannya untuk berganti
pemasok.
Ø Memberikan kepuasan yang tinggi. Dengan cara ini maka akan sulit bagi
pesaing untuk masuk walaupun dengan harga yang lebih murah atau rangsangan
lain.
Beda Perilaku Konsumen Kelas Atas & Menengah
Konsumen kelas menengah ke bawah, cenderung membeli produk yang awalnya
dianggap mewah.
Kenaikan pendapatan per kapita penduduk
Indonesia yang mencapai US$3.000 mengubah perilaku konsumen. Konsumen kelas
atas dan menengah mempunyai gaya tersendiri dalam membeli suatu produk.
Menurut Executive Director of Client
Leadership Nielsen, Venu Madhav, konsumen kelas atas lebih mencari produk
yang menjawab kebutuhan gaya hidup dan kesehatan mereka. Produk itu memberikan
mereka manfaat lebih dan nilai tambah.
Beberapa produk itu seperti hair
conditioner (pelembut rambut), susu cair dengan varian rendah lemak, atau
prebiotik. Untuk pasta gigi masih dipilih dengan varian manfaat seperti gigi
kuat, untuk gigi sensitif, atau produk herbal.
“Untuk kelas atas, mereka memilih produk yang menjawab kebutuhan hidup,
kenyamanan dan kesehatan mereka,” ujar da di kantor Nielsen, Jakarta, Selasa 19
April 2011.
Peningkatan produk itu cukup signifikan seperti pelembut rambut tumbuh tiga
kali lipat sebesar 68 persen, susu cair naik 18 persen, dan pasta gigi
meningkat 10 persen.
Sementara itu, untuk konsumen kelas menengah ke bawah, saat ini cenderung
membeli produk yang sebelumnya dianggap mewah. Produk itu di antaranya keju,
ikan, dan daging beku, serta popok bayi. Untuk menarik segmen ini, perusahaan
ritel menarik perhatian dengan menawarkan pembelian secara satuan atau sachet.
Menurut Nielsen, produk keju meningkat 13 persen dan untuk produk kemasan
lebih kecil tumbuh 118 persen pada 2010. Untuk produk ikan dan daging beku naik
23 persen untuk kelas menengah, dan naik 32 persen pada kelas bawah. Produk
popok bayi satuan naik 93 persen dalam penjualan 2010.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Perkembangan ekonomi saat ini
sangat besar pengaruhnya pada perilaku konsumen, selain itu sukses tidaknya
suatu perusahaan juga berpengaruh terhadap perilaku konsumen. Hal tersebut menyebabkan
perlu ditempatkan perilaku konsumen pada kerangka strategi pemasaran suatu
perusahaan. Dengan memperhatikan konsumen, maka akan mengetahui apa yang di
inginkan oleh konsumen saat ini. Perkembangan perekonomian saat ini, yang dapat
kita lihat sangat sulit karena keadaan negara kita sedang mengalami krisis
ekonomi, maka hal ini sangat mempengaruhi keinginan konsumen untuk mengkonsumsi
suatu produk. Pengaruh krisis ekonomi kita sebagai produsen (perusahaan)
menitik beratkan pada hal-hal yang perlu diperhatikan dalam strategi pemasaran.
Dalam
mewujudkan tujuan pemasaran dan meningkatkan loyalitas pelanggan atau konsumen
terhadap barang atau jasa yang diproduksi oleh perusahaan tersebut, maka kita
perlu memahami perilaku konsumen. Perilaku konsumen yang tidak dapat
secara langsung dikendalikan oleh perusahaan perlu dicari informasinya
semaksimal mungkin. Banyak pengertian perilaku konsumen yang dikemukakan oleh
pada ahli, salah satunya yang didefenisikan oleh Angel dan kawan-kawan (1994)
yang mengatakan bahwa perilaku konsumen sebagai suatu tindakan yang langsung
dalam mendapatkan, mengkonsumsi serta menghabiskan produk barang dan jasa termasuk
proses keputusan yang mendahului dan penyusuli tindakan tersebut.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumen
Terdapat dua factor utama yang
mempengaruhi perilaku konsumen, yaitu factor sosial budaya yang terdiri
atas kebudayaan, budaya khusus, kelas sosial, kelompok sosial dan referensi
serta keluarga. Faktor lain adalah factor psikologis yang terdiri atas
motivasi, persepsi, proses belajar, kepercayaan dan sikap.Oleh karena itu kita
sebagai produsen (perusahaan) harus mengimplikasikan perilaku konsumen dalam
strategi pemasaran, untuk memperoleh keuntungan yang maksimal dalam memasarkan
suatu produk.
SARAN
Perkembangan perdagangan pasar saat ini
menunjukkan bahwa lebih banyak produk yang ditawarkan dari pada permintaan.
Kelebihan penawaran ini menyebabkan banyak produk yang tidak terjual atau tidak
dikonsumsi oleh konsumen. Kelebihan penawaran tersebut bisa disebabkan oleh
faktor seperti kualitas barang tidak layak, tidak memenuhi keinginan dan
kebutuhan konsumen, atau mungkin juga karena konsumen tidak mengetahui
keberadaan produk tersebut. Oleh karena itu peusahaan/produsen harus
benar-benar memperhatikan perilaku konsumen dengan seksama dari waktu kewaktu
agar tujuan dan sasaran peusahaan/produsen dalam mengeluarkan dan menjual
produk tidak sia-sia.
DAFTAR PUSTAKA
http://rianoviaardiani.blogspot.com/2010/11/perilaku-konsumen-memiliki-pengaruh.html
Amirullah.
2002. Perilaku Konsumen, cetakan pertama, Graha Ilmu, Jakarta.
http://businesslounge.co/2013/04/11/perilaku-konsumen-dalam-pemasaran-2/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar